HATI
Sementara Kakashi terus merangkak di saluran ventilasi, Ino melaporkan kepadanya tentang niat Tsuchikage. Dia hampir tiba di pintu saluran ventilasi ruang kendali. Dalam waktu sekitar dua menit lagi, eksekusi akan dilanjutkan.
Mengingat hal itu, Kakashi memikirkan Aobiko yang dimuat di kapal. Kakashi berpikir pada dirinya sendiri, "Sial, di mana orang-orang itu menyelundupkan Aobiko?" Kemudian Ino melanjutkan komunikasi dengannya:
"Kakashi-sensei, tolong segera tunggalkan kapal... Tsunade-sama serius: jika sesuatu terjadi, dia benar-benar bermaksud menembak jatuh Tobishachimaru"
"Terima kasih, Ino" Sambil terus merangkak, Kakashi menjawab.
"Tapi, itu mustahil."
"Tapi-!"
"Mirip dengan rasa khawatirmu padaku, di suatu tempat, ada orang-orang yang juga peduli kepada orang-orang yang tertinggal di kapal ini"
"...."
"Jika aku meninggalkan mereka, jika nanti aku jadi Hokage, artinya aku tidak akan mampu melindungi rakyat dari desa "
Kakashi kemudian melompat turun dari pintu saluran ventilasi. Dia tanpa suara menyergap musuh yang mengawasi ruang kendali. Kedua pilot, merasa heran, mereka berbalik untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Dengan jari telunjuk di mulutnya, Kakashi menyuruh mereka diam. Dia kemudian memperkenalkan dirinya sebagai shinobi Konoha.
Si Pilot mengangguk. Melalui jendela di depan, mereka bisa melihat lautan awan kelabu yang meluas di sekitar mereka. Kakashi menyuruh mereka untuk menjaga ketinggian kapal saat ini sebisa mungkin. Kakashi mengatakan kepada mereka meskipun musuh memerintahkan mereka untuk menurunkan ketinggian kapal, dengan cara apapun pilot harus menipu mereka:
"Apapun yang terjadi, tolong jaga ketinggian saat ini!"
Alasan permintaan Kakashi adalah karena Aobiko. Jika Aobiko benar-benar disimpan di kapal, kemungkinan musuh ingin meledakkan Aobiko tersebut di Houzukijyou.
Musuh pastinya sudah mempersiapkan skenarionya. Ada anggota Aliansi Persenjataan Ryuuha yang bersiaga di tanah. Mereka akan mengambil keuntungan dari kekacauan yang ditimbulkan, dan dengan segera menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan Garyo.
Dengan demikian, kemungkinan besar mereka akan berusaha menjatuhkan Aobiko dari langit, dari atas Houzukijyou. Dengan kata lain, dalam rangka untuk meningkatkan tingkat akurasi keberhasilan mereka, mereka harus nenurunkan ketinggian kapal dengan cara apapun.
Kakashi kemudian mendengar keributan dari arah ruang makan. Ada suara wanita yang menjerit dan menangis meminta pertolongan! Wanita itu mengatakan bahwa anaknya punya penyakit asma sejak lahir. Kakashi diam-diam mendekati ruangan itu, ia bersembunyi di samping pilar. Anak dan wanita itu sepertinya memang ingin naik ke Tobishachimaru, meski kondisinya seperti itu.
Wanita itu memohon kepada mereka:
Jika mereka ingin melanjutkan eksekusi, maka silakan pilih dia sendiri. Sebagai gantinya, dia ingin anaknya selamat. Ibu itu memeluk anaknya. Kakashi ingat bahwa anak itu adalah anak yang sama dengan yang pernah Guy selamatkan dari lemparan Piano.
Sejak Kahyo menciptakan sebuah lubang di lambung kapal, tekanan udara dalam kapal otomatis turun. Udaranya menipis... Kakashi kemudian mengerti itulah penyebab anak itu asmanya kambuh dan kejang-kejang.
Kakashi megamati lingkungannya sekitar. Karena keributan sebelumnya, sekitar sepertiga penumpang dikeluarkan dari kapal. Dan seharusnya ada 12 musuh, tapi sebagian telah keluar, sekarang tersisa 7 personil. Barusan, Kakashi menyingkirkan seorang musuh yang ada di ruang kendali, jika orang itu bangun, maka totalnya masih ada 8 musuh.
Ibu itu dengan panik menarik-narik musuh. Dari gangguan sebelumnya, obat asma itu jatuh dan hilang. Pada tingkat ini, anak itu tidak akan bisa bernapas lagi. Dia akan mati! Rahyo terlihat tanpa emosi, melihat anak itu dengan mata yang dingin. Dia hanya melihat saja.
Sang ibu terus memohon kepadanya. Namun, Rahyo menyatakan bahwa mereka tidak bisa mendaratkan kapal hanya demi bocah itu. Dia bertanya padanya apakah mereka berasal dari Negara Ombak, dan apa pekerjaan nya.
Dia menjawab bahwa suaminya adalah seorang dokter. Wajah Rahyo kemudian menunjukan raut kejam, sambil mengulangi jawaban ibu itu. Rahyo mengatakan bahwa keponakannya meninggal karena ia ditinggalkan oleh dokter dari Nagara Ombak.
Rahyo mengatakan pada ibu itu untuk melihat wanita yang berdiri di dekatnya, yang tak lain adalah Kahyo, adiknya sendiri. Rahyo mengatakan padanya bahwa anak yang telah meninggal tersebut adalah anaknya Kahyo. Mata ibu yang terus mengalirkan air mata melihat Kahyo. Kahyo menundukkan wajahnya.
Rahyo tertawa, dan mengatakan bahwa ini bisa jadi suatu bentuk pembalasan. Bedanya, kali ini, sekarang anak merekalah yang akan dibiarkan mati. Rahyo penuh semangat tertawa, suaranya menyakitkan telinga Kakashi. Kakashi kemudian membuka lebar matanya yang biasanya hanya terbuka setengah untuk memperjelas pandangannya kepada Kahyo.
Kahyo tidak bergeming. Karena ia tidak memakai topeng, rambut panjang dan keriting menutupi wajahnya dan menimbulkan bayangan hitam di wajahnya. Sebelum melangkah keluar dari balik pilar, Kakashi melihat ke luar jendela. Dia melihat bayangan burung yang lewat.
"Lepaskan anak itu"
"Hatake Kakashi!?" Rahyo marah.
"Dasar kau *****, sangat tidak bisa dimaafkan...."
"Kahyo!" Kakashi mengabaikan pernyataan Rahyo, dan berbicara kepada Kahyo.
"Beberapa waktu yang lalu, kau berkata kepadaku, 'Kalau soal itu, Kau tidak bisa memahami perasaan orang tua yang anaknya telah tewas!' Namun, kau seharusnya paham nasib ibu ini."
Tubuh Kahyo tiba-tiba tegang.
"Aku minta lepaskan anak ini"
"Dasar idiot!" Teriak Rahyo.
"Kali ini, aku akan mengirimmu ke dunia lain!"
"Diam kau"
Rahyo tangang karena ada kekuatan luar biasa di mata Kakashi.
"Tidak perlu mendaratkan kapal." Mata Kakashi kembali melihat Kahyo.
"Rekanku sedang terbang di sekitar kapal ini. Tidak apa-apa, percayakan saja anak ini ke orang itu... Kalau sudah, silakan eksekusi aku."
Dari balik rambutnya yang panjang, Kahyo cemberut.
"Jika begitu, pertama-tama, buktikan dengan bersedia mati."
Rahyo berkata lagi, "Begitu anak nakal ini dilepaskan, ada kemungkinan kan, kau akan berubah pikiran."
Para pelaku serangan itu tertawa terbahak-bahak.
Kakashi tidak ragu-ragu. Seketika, dia mengumpulkan chakra di tangan kanannya. Dengan pedang petir di tangannya ia memukul tengkuknya sendiri.
"Haa" Rahyo menahan napas.
Namun, orang yang paling terkejut adalah Kakashi sendiri.
Tentu saja, ia telah melepaskan Shiden (petir Ungu). Namun, dia berpikir bahwa ia baru saja dipukul di lehernya dengan ujung tangannya sendiri. Darahnya belum keluar, itu artinya kepalanya belum terpotong.
Tangan kanannya yang berpijar. Tiba-tiba terasa dingin.
Dari tempatnya berdiri, benda putih dan dingin tengah merayap ke atas mulai dari kakinya. Bagian dalam pembuluh darahnya seolah-olah terasa sedang digosok oleh duri es. Rasa sakit meyebar di seluruh tubuhnya.
Es terus merayap ke atas mulai dari kakinya yang mulai mengeluarkan suar.
Dengan cepat Kakashi menyelimuti seluruh tubuhnya dengan chakranya. Di saat yang bersamaan, es sudah merangkak naik sampai lutut. Tiba-tiba, es di sekitar tangannya lenyap berkabut.
"Kau tak perlu mati!" kata Kahyo ddngan pelan.
"Aku akan mengampuni anak itu".
Rahyo jengkel karena Kahyo mengikuti kata-kata Kakashi sendiri. Dia menyela dan memintanya untuk tutup mulut saja, karena bukan tujuan mereka untuk membunuh orang dengan pandang bulu. Dia kemudian melirik mata Kakashi. Dia mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang biisa Kakashi lakukan lagi.
Kakashi dengan hati-hati mengeluarkan chakranya. Dia bertanya kepada Kahyo sejak kapan dia menaruh jutsu es pada durinya? Dia menjawab, ketika mereka pertama kali bertemu. Saat akan naik Tibishachimaru, ia berlari menuju kapal, mengenakan gaun biru panjang. Kakashi menduga dia meletakkan jutsu esnya saat ia menangkap Kahyo karena tersandung, Kahyo sengaja melakukannya dengan menjebaknya dalam godaannya.
Kahyo kemudian mendekati ibu dan anak itu. Ibu hendak mengangguk, dan mengangkat anaknya dengan tangan. Saat itu juga, bayangan Kahyo tercermin dalam mata Kakashi, seolah-olah Kahyo sedang merangkul anak itu.
Kakashi bisa melihat raut wajah Kahyo yang sedih. Anak kecil itu nafasnya terengah-engah. Kahyo mengayunkan lengannya, ia menciptakan celah pada es yang menutup lubang di lambung kapal. Lubang tersebut cukup untuk dilewati satu orang. Karena tekanan udara dalam kapal hampir sama dengan tekanan atmosfer di luar, orang maupun barang dalam kapal tidak tersedot keluar.
Angin dingin bertiup ke dalam kapal, Sai mendekati kapal dengan menaiki punggung burung raksasa yang terbuat dari jutsu Chouju Giga. Sai memasang posisi tubuh siaga, mempersiapkan diri untuk menyerang jika diperlukan. Sambil membawa anak itu keluar, Kahyo berkata kepada Sai:
Jika dia melihat Sai lagi, dia akan membunuh sandera. Sai tanpa ekspresi menatap kambali ke arah Kahyo. Dia membungkuk ke depan perlahan meraih anak itu.
Kahyo kemudian menghadap ke ibu itu lagi lalu memanggilnya. Dia mengatakan kepada ibu itu bahwa ia bisa pergi dengan anaknya. Sang ibu menangis, air mata mengalir deras di wajahnya, sembari mengulangi ucapan 'Terima kasih' kepada Kahyo.
Dia maraih uluran tangan Sai, dan mengeluarkan kepalanya dari kapal. Namun, ada ketidakpuasan dan gerutuan di antara penumpang yang masih tertinggal di kapal. Salah satunya berteriak bahwa pengecualian ini tidak adil bagi mereka.
Pria itu marah karena ibu dan anak tersebut mendapatkan perlakuan ustimewa. Dia mencemooh bahwa ia juga membawa anak yang sakit. Kahyo kembali menutup celah Es itu. Kahyo menyatakan bahwa sudah waktunya untuk eksekusi selanjutnya. Dia membekukan orang yang mengeluh tadi. Setelah itu, tidak ada yang berani nembuka mulutnya lagi.
"Mengenai pengaktifan Jisarenhyou yang menyelimutimu..."
Kahyo berbalik ke arah Kakashi.
"Jika kau tidak ingin membeku, kau harus selalu mengeluarkan chakra. Kau tak punya pilihan lain selain menggunakan chakra untuk mengelilingi seluruh tubuhmu dalam suhu seperti itu."
"Begitu ya... Oleh karena itu, jika kau seorang warga sipil biasa yang tidak dapat mengolah chakra, maka kau dengan mudah akaan cepat membeku."
"Untuk menghentikan perkembangan Jisarenhyou, chakramu harus disibukkan . Dengan demikian, kau tak bisa menggunakan chakra untuk mengaktifkan jutsu lain. Dengan kata lain, Hatake Kakashi..."
Kata-katanya terputus. "Kau yang sekarang, sama saja dengan warga sipil biasa"
"Jadi kau... orang yang telah membekukan semuanya. Bukan Rahyo. Itu Kau."
"Hanya aku yang dapat menggunakan Jisarenhyou"
"Kenapa kau baru mengaktifkannya padaku?"
Setelah sedikit merasa ragu, Kahyo mengucapkan sepatah-patah kata dari mulutnya.
Suaranya mencerminkan penderitaan, rasa sakit, dan kesedihan.
ₒ⁰ₒ
EmoticonEmoticon